Minggu, 30 November 2014

Melayani Pelanggan Pakai Bahasa Isyarat

SINGARAJA - Ida Bagus Putu Adi Wijaya (43) sedang memperbaiki sebuah sepeda motor di bengkel miliknya di Jalan Udayana, Kelurahan Kaliuntu, Kecamatan/ Kabupaten Buleleng, Minggu (16/11/2014). Siang itu, bengkel tampak lengang. Wijaya hanya ditemani istrinya, Luh Budi Wardani (41) dan ibunya, Nyoman Pasek Arumi (69).


Sekilas tidak ada yang berbeda dengan bengkel pada umumnya. Namun, ketika pelanggan mencoba berkomunikasi dengan Wijaya, ia tidak akan mudah mencerna apa yang disampaikan orang lain. Sebab, pemilik bengkel tersebut menderita tunga rungu. Wijaya dengan sabar berusaha memahami apa yang ingin disampaikan pelanggannya. Begitu pula dengan istrinya, Wardani yang menderita tuna wicara. Ia membantu suaminya dengan membuka usaha cuci helm di tempat yang sama.

Ida Bagus Putu Adi Wijaya (kiri) sedang memperbaiki sepeda motor ditemani istrinya, Luh Budi Wardani (tengah) dan Nyoman Pasek Arumi di bengkel miliknya, di Jalan Udayana, Kelurahan Kaliuntu, Singaraja, Minggu (16/11/2014).


Sehari-hari dalam menjalankan usaha bengkelnya, suami istri ini dibantu adik Wardani, Komang Budiasa (26) yang juga menderita tuna wicara. Wijaya dan Budiasa pun saling melengkapi dalam bekerja.

"Kalau ipar saya lebih bisa mendengar suara mesin. Sedangkan saya yang lebih sering bicara dengan pelanggan," ujar Wijaya terbata.

Alumni Sekolah Luar Biasa (SLB), Singaraja ini telah membuka bengkel sejak 2006 lalu. Sebelumnya, ia bekerja dahulu selama dua tahun di sebuah bengkel di Banyuasri sebelum memutuskan membuka bengkel sendiri.

Arumi menuturkan, anak pertamanya tersebut pertama belajar perbengkelan secara ototidak dari adiknya, Ida Bagus Kade Dwija Priyatna yang juga menderita tuna wicara. Kini Priyatna juga telah bisa mandiri dengan membuka usaha cuci motor.

Saat itu, Arumi yang kesulitan mencari modal untuk usaha bengkel anaknya terinspirasi dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), presiden Republik Indonesia kala itu. Ia lantas memberanikan diri berkirim surat kepada presiden dan ditembuskan ke Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali.

"Karena presidennya waktu itu Gus Dur yang juga kondisinya cacat, saya memberanikan diri berkirim surat permohonan bantuan usaha. Tapi baru dua minggu surat dikirim, Gus Dur terlebih dahulu lengser jadi presiden," tutur Arumi.

Berselang satu tahun kemudian, bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos) pun turun berupa perlengkapan perbengkelan. Mereka kemudian memulai usaha bengkel.

Arumi menambahkan, meski mengalami keterbatasan pada kondisi fisiknya, anaknya tersebut selalu sabar dalam melayani para pelanggannya. Sehingga, tidak sedikit pelanggan yang merasa nyaman merawat motornya di bengkel milik Wijaya.

"Kalau di daerah sini, bengkel ini yang paling ramai. Karena anak saya selalu melayani dengan sabar pelanggan dengan sabar. Pas hari-hari kerja di sini ramai sekali karena pelanggannya kebanyakan dari mahasiswa dan siswa," ungkapnya.

Dari hasil usahanya tersebut, pasangan suami istri ini mampu menyekolahkan anaknya. Masing-masing, Ida Ayu Putu Bulan Wijaya (18) kelas XII di SMA Lab dan Ida Ayu Kade Bintang Wijayanti (11) di SMP Lab. Sedangkan anak ketiganya, Ida Bagus Komang Rai Candra Wijaya (5) masih sekolah di Taman Kanak-kanak. Selain itu, mereka juga mampu membeli sebuah mobil. (gas)

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;