Jumat, 04 November 2011

Mengenal Komunitas Punk

Gerimis masih saja turun di sore itu setelah hujan deras menyirami tanah kota Malang yang telah banyak dilapisi beton bangunan dan aspal. aku bersama Angel, teman perempuanku memutuskan pulang setelah berlama – lama berteduh di depan toko buku daerah Dieng, karena memang sore itu aku janjian untuk membeli buku. Setelah membayar uang parkir seribu rupiah, kutancapkan gas sepeda motorku. Roda sepeda yang sudah mulai halus menyusuri aspal yang basah.


Sampai di simpang lima ITN sepeda motorku berhenti ketika mataku melihat lampu merah menyala di depanku. Sekawanan pemuda menghampiri para pengendara yag berhenti termasuk kami. Penampilan mereka lusuh, memakai baju hitam, potongan rambut mohawk ala suku indian, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit dan celana jeans ketat. satu orang membawa gitar kecil, satunya lagi membawa gelas air mineral untuk tempat pengendara menaruh uang receh dan sisanya ikut bernyanyi lagu – lagu bertemakan social dan politik sambil bertepuk tangan .

Seolah – olah mereka meneriakkan protes terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagunya menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum yang sudah tidak adil, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta penindasan yang diperbuat penguasa terhadap rakyat. Merekalah yang sering disebut punk.

Tidak lama lampu hijau menyala, pemuda – pemuda tadi berjalan menepi, kendaraan- kendaraan di depanku mulai melaju pelan – pelan begitu juga sepeda motorku juga harus jalan, kalau tidak saya bisa dimarahi pengguna jalan yang lain. Angel yang dari tadi diam saat ku bonceng, berkomentar ketika dalam perjalanan.

“Mas Lugas kok betah ya mereka hidup jorok kayak gitu?”

“pakaiannya juga kotor, pasti mereka gak pernah mandi dan ganti baju ya mas?”. Hidupnya juga ngamen – ngamen gitu aja di jalanan, gak punya tujuan hidup!” lontaran kalimat – kalimat tanya keluar dari mulut manis Angel.

“Tapi aku suka dengan mereka, karena lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama”.

“tidak seperti lagu – lagu cinta yang sering kamu dengerin, bikin mental anak muda jadi cengeng, seolah – olah tidak ada yang lebih penting selain urusan cinta.” Jelasku mencoba menjawab dengan bijak.

Kejadian sore itu membuatku tertarik untuk mengenal lebih jauh komunitas punk. Setelah sampai di kamr kos, aku segera browsing di internet. Banyak tulisan – tulisan yang aku temukan terkait komunitas punk.




Punk pertama kali muncul di Inggris sekitar tahun 60an. Istilah punk sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Public United not Kindom”, kemudian disingkat menjadi P.U.N.K. Dalam bahasa indonesia berarti sebuah komunitas di luar pemerintahan. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Ideologi punk terletak pada motto “D.I.Y (Do It Your Self)”, motto ini begitu diyakini dan dihidupi oleh mereka layaknya sebuah ajaran agama. “Do It Your Self” artinya semua dapat dikerjakan sendiri.

Ideologi ini muncul karena sifat mereka yang anti sosial, mereka tidak mempercayai siapapun diluar komunitas punk. Kecenderungan ideologi mereka selalu berkaitan dengan perlawanan terhadap kekuasaan/politik, anti sosial, minoritas, vandalism dan anti hukum. Selain itu mereka juga mempunyai nilai lebih seperti pola hidup mandiri, berkarya (musik) meski dalam keterbatasan. Namun di sisi lain keberanian dalam mengaktualisasikan diri serta kepercayaan diri yang tinggi. Motto “Do It Yor Self” juga dipahami mereka untuk bertindak seenaknya, akhirnya dalam menyampaikan aspirasi komunitas punk sering melakukan hal-hal yang negatif seperti aksi vandalisme. Komunitas punk sendiri juga banyak pilihan macamnya, seperti:

Anarcho Punk
Komunitas Punk yang satu ini memang termasuk salah satu komunitas yang sangat keras. Bisa dibilang mereka sangat menutup diri dengan orang-orang lainnya, kekerasan nampaknya memang sudah menjadi bagiandari kehidupan mereka. Tidak jarang mereka juga terlibat bentrokan dengan sesama komunitas Punk yang lainnya.

Anarcho Punk juga sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut. Ideologi yang mereka anut diantaranya, Anti Authoritarianism dan Anti Capitalist.Crass, Conflict, Flux Of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari Anarcho Punk.

Crust Punk
Jika Anda berpikir bahwa Anarcho Punk merupakan komunitas Punk yang sangat brutal, maka Anda harus menyimak yang satu ini. Crust Punk sendiri sudah diklaim oleh para komunitas Punk yang lainnya sebagai komunitas Punk yang paling brutal. Para penganut dari faham ini biasa disebut dengan Crusties. Para Crusties tersebut sering melakukan berbagai macam pemberontakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Musik yang mereka mainkan merupakan penggabungan dari musik Anarcho Punk dengan Heavy Metal. Para Crusties tersebut merupakan orang-orang yang anti sosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama Crusties saja.

Glam Punk
Para anggota dari komunitas ini merupakan para seniman. Apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari sering mereka tuangkan sendiri dalam berbagai macam karya seni. Mereka benar-benar sangat menjauhi perselisihan dengan sesama komunitas atau pun dengan orang-orang lainnya.

Hard Core Punk
Hard Core Punk mulai berkembang pada tahun 1980an di Amerika Serikat bagian utara. Musik dengan nuansa Punk Rock dengan beat-beat yang cepat menjadi musik wajib mereka. Jiwa pemberontakan juga sangat kental dalam kehidupan mereka sehari-hari, terkadang sesama anggota pun mereka sering bermasalah.

Nazi Punk
Dari sekian banyaknya komunitas Punk, mungkin Nazi Punk ini merupakan sebuah komunitas yang benar-benar masih murni. Faham Nazi benar-benar kental mengalir di jiwa para anggotanya. Nazi Punk ini sendiri mulai berkembang di Inggris pada tahun 1970an akhir dan dengan sangat cepat menyebar ke Amerika Serikat. Untuk musiknya sendiri, mereka menamakannya Rock Against Communism dan Hate Core.

The Oi
The Oi atau Street Punk ini biasanya terdiri dari para Hooligan yang sering membuat keonaran dimana-mana, terlebih lagi di setiap pertandingan sepak bola. Para anggotanya sendiri biasa disebut dengan nama Skinheads. Para Skinheads ini sendiri menganut prinsip kerja keras itu wajib, jadi walaupun sering membuat kerusuhan mereka juga masih memikirkan kelangsungan hidup mereka. Untuk urusan bermusik, para Skinheads ini lebih berani mengekspresikan musiknya tersebut dibandingakan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Para Skinheads ini sendiri sering bermasalah dengan Anarcho Punk dan Crust Punk.

Queer Core
Komunitas Punk yang satu ini memang sangat aneh, anggotanya sendiri terdiri dari orang-orang “sakit”, yaitu para lesbian, homoseksual, biseksual dan para transexual. Walaupun terdiri dari orang-orang “sakit”, namun komunitas ini bisa menjadi bahaya jika ada yang berani mengganggu mereka. Dalam kehidupan, anggota dari komunitas ini jauh lebih tertutup dibandingkan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Queer Core ini sendiri merupakan hasil perpecahan dari Hard Core Punk pada tahun 1985.

Riot Grrrl
Riot Grrrl ini mulai terbentuk pada tahun 1991, anggotanya ialah para wanita yang keluar dari Hard Core Punk. Anggota hni sendiri juga tidak mau bergaul selain dengan wanita. Biasanya para anggotanya sendiri berasal dari Seattle, Olympia dan Washington DC.

Scum Punk
Jika Anda tertarik dengan Punk, mungkin ini salah satu komunitas yang layak untuk diikuti. Scum Punk menamakan anggotanya dengan sebutan Straight Edge Scene. Mereka benar-benar mengutamakan kenyamanan, kebersihan, kebaikan moral dan kesehatan. Banyak anggota dari Scum Punk yang sama sekali tidak mengkonsumsi zat-zat yang dapat merusak tubuh mereka sendiri.

The Skate Punk
Skate Punk memang masih erat hubungannya dengan Hard Core Punk dalam bermusik. Komunitas ini berkembang pesat di daerah Venice Beach California. Para anggota komunitas ini biasanya sangat mencintai skate board dan surfing.

Ska Punk
Ska Pun merupakan sebuah penggabungan yang sangat menarik antara Punk dengan musik asal Jamaica yang biasa disebut reggae. Mereka juga memiliki jenis tarian tersendiri yang biasa mereka sebut dengan Skanking atau Pogo, tarian enerjik ini sangat sesuai dengan musik dari Ska Punk yang memilikibeat-beat xang sangat cepat.

Punk Fashion
Para Punkers biasanya memiliki cara berpakaian yang sangat menarik, bahkan tidak sedikit masyarakat yang bukan Punkers meniru dandanan mereka ini. Terkadang gaya para Punkers ini juga digabungkan dengan gaya berbusana saat ini yang akhirnya malah merusak citra dari para Punkers itu sendiri. Untuk pakaiannya sendiri, jaket kulit dan celana kulit menjadi salah satu andalan mereka, namun ada juga Punkers yang menggunakan celana jeans yang sangat ketat dan dipadukan dengan kaos-kaos yang bertuliskan nama-nama band mereka atau kritikan terhadap pemerintah. Untuk rambut biasanya gaya spike atau mohawk menjadi andalan mereka. Untuk gaya rambut ini banyak orangorang biasa yang mengikutinya karena memang sangat menarik, namun terkadang malah menimbulkan kesan tanggung. Body piercing, rantai dan gelang spike menjadi salah satu yang wajib mereka kenakan. Untuk sepatu, selain boots tinggi, para Punkers juga biasa menggunakan sneakers namun hanya sneakers dari Converse yang mereka kenakan.

Jika dikaji dengan perspektif soiologi, komunitas punk ini bisa disebut “habitus” dalam teorinya Pierre Bordieu. Beliau mempertentangkan apa yang disebut objektivisme dan subjektivisme, atau bisa diartikan pertentangan yang absurd antara individu dan masyarakat. Menurut Bordieu individu mampu menciptakan masyarakat, sebaliknya masyarakat mampu menciptakan individu.

George Ritzer mengartikan habitus sebagai “struktur mental atau kognitif” yang digunakan actor untuk menghadapi dunia social. Dalam hal ini actor memiliki nilai, norma, dan pengetahuan di lingkungan manapun ia berada. Bisa diartikan habitus bersifat “diciptakan dan menciptakan” atau dengan kata lain “struktur yang menstruktur”.

Dalam hal ini komunitas punk tidak mempercayai siapapun diluar komunitasnya. Mereka lebih memilih melakukan perlawanan terhadap kekuasaan/politik dan anti sosial. Sehingga mereka membentuk “masyarakat sendiri” yang mempunyai nilai, norma dan aturan sendiri di luar aturan masyarakat pada umumnya. Dengan ideology “D.I.Y (Do It Your Self)” yang artinya semua dapat dikerjakan sendiri.

Referensi

Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke-6, Jakarta: Kencana

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;