Senin, 28 November 2011

Calon Sarjana

Di atas white board ruang kelas salah satu gedung PTS di kota Malang, jarum jam menunjukkan pukul 11.10, menunjukkan  jika kuliah statistic telah berakhir. Mata kuliah yang paling menyebalkan dari sekian banyak mata kuliah di jurusan ilmu social.
Wiwis melangkah keluar kelas menuju ke lantai 3.5 GKB 1 tempat biasa ia nongkrong menghabiskan waktu. Lantai yang terletak di antara lantai 3 dan 4.Tempat itu memang sengaja disediakan kampus sebagai tempat bersantai mahasiswa. Disitu disediakan banyak kursi dan meja yang berjejer rapi serta disediakan pula fasilitas pendukung seperti hotspot, mushola, beberapa kios yang menjual berbagai kebutuhan mahasiswa.
Ia tidak langsung duduk di kursi yang berjejer rapi,tapi mampir dulu ke salah satu kios yang ada di situ untuk membeli beberapa rokok eceran sebagai teman nongkrong. Setelah mendapatkannya lantas ia langsung menyulutnya dengan korek yang tergantung di samping etalase rokok, sengaja disediakan bagi pembeli yang tidak memiliki korek.
Matanya menjelajahi setiap sudut tempat itu mencari tempat duduk kosong ditengah banyaknya mahasiswa dari berbagai macam fakultas yang berjubel dengan berbagai aktivitasnya. Ada yang sibuk dengan laptopnya, membaca buku, berkerumun berbagi canda tawa melepas penat, dan ada yang hanya duduk sambil menghisap rokok memikirkan berbagai hal yang terkait dengan hidupnya. Wiwis pun lebih memilih aktivitas yang terakhir tadi setelah menemukan tempat yang pas untuk diduduki.
Beberapa hal masih mengganjal pikirannya. Persoalan kisah asmaranya ketika ia telah sekian lama mengejar Lea teman satu jurusan namun tidak kunjung mendapatkannya, karena perempuan itu ternyata telah memiliki kekasih. Wiwis tetap saja menunggu sampai kisah asmara perempuan itu berakhir dengan kekasihnya, entah sampai kapan. Tapi persoalan utama yang dipikirkannya bukan kisah asmaranya, karena baginya masih banyak hal yang lebih penting daripada yang begituan. Soal masa depannya, tentang keinginannya menjadi orang besar yang sering keluar masuk tv 14 inci yang ia taruh di atas meja panjang sebelah lemari pakaian di dalam kamara kosnya.
Ia yakin jika sudah sukses menjadi orang pejabat dan keluar masuk tv, maka perempuan bodoh mana yang berani menolak cintanya. Lea pun akan berada dipelukannya jika ia sukses menggapi mimpinya. Guru – guru sekolah yang pernah mengajarnya, yang berpandangan kalau ia hanya perusuh, tanpa prestasi, menyusahkan pihak sekolah dengan ulahnya akan dibuatnya tercengang. Tetangga di kampong maupun orang tua akan kagum kepadanya.
Sudah setengah batang tanpa disadari rokok yang dihisapnya. Wiwis melihat – lihat disekeliling, matanya tertuju pada tangga yang menghubungkan lantai 3,5 dengan lantai 4 yang dipenuhi manusia lalu lalang ada yang naik dan turun. Seonggok manusia berkulit hitam,bermata sipit menuruni tangga dengan langkah gontai. Wiwis melihat dan memanggilnya
“Njing, mau kemana kau? Sni dululah!” sapa wiwis.
Anjing menoleh kearah wiwis dan sejurus kemudian ia menghampirinya.Teman satu kelompok ospek yang jarang bertemu meskipun satu kampus.
Obrolan santai terlihat di meja tempat mereka berdua.
“Sudah semester 7 ini kau kapan lulus?” Tanya Anjing sambil tersenyum lepas.
“Tak tahulah aku soal itu. Menyesal aku kemaren kenapa memilih jadi mahasiswa sok idealis. Bertahun –tahun aku menghabiskan waktu memikirkan Negara ini. Berusaha menjalankan fungsi mahasiswa sebagai agen of change, tapi tetap tidak ada perubahan. di Negara kita ini Njing kalau sudah ditakdirkan hidup di atas meskipun seburuk apapun orang itu tetap saja hidup enak sebagai kelas elite, kalaupun jatuh juga pasti tidak jauh dari pohon. Lain ceritanya dengan kehidupan rakyat jelata, kalau sudah ditakdirkan hidup di bawah susah untuk naiknya, butuh mukjizat njing untuk naik.”
“Kalau kamu sendiri bagaimana kabar kuliahmu Njing?”
"Alhamdulillah aku proses menyelesaikan skripsi. Bulan depan kalau tidak masalah aku di wisuda.”
" Dahulu sewaktu aku mendaftar kuliah dijurusan Ekonomi kampus ini, dengan modal kemampuan akademikku sewaktu sekolah SMA yang nilai mata pelajaran ekonomiku di atas rata - rata aku bermimpi jika sudah lulus kelak ingin menjadikan Indonesia kembali bersaing sebagai Macan Asia dalam bidang ekonomi dan disegani negara-naegara lain."
Sambil menghisap dalam rokoknya, seakan berusaha melepaskan beban yang menjerat otaknya, Anjing melanjutkan ceritanya.
“ Tapi sekarang setelah aku kuliah beberapa tahun, aku baru tersadar bahwa orang biasa sepertiku tidak mungkin mewujudkan mimpiku, di kampus ini aku diajarkan untuk berpikir realistis."
"Setelah lulus kuliah aku harus cepat - cepat melamar kerja di salah satu cabang kecil bank di kota ini untuk membantu perekonomian keluargaku, bersaing dengan ribuan pelamar yang semuanya mengantongi ijasah S-1."

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;