Jumat, 20 Januari 2012

Made In Indonesia and Public Figure

Made In Indonesia adalah istilah dari produk yang dibuat di Indonesia oleh orang - orang Indonesia. Saat masih kecil dulu, aku meragukan kualitas dari Made In Indonesia. Karena mainanku tidak ada yang bernama Made In Indonesia, semuanya bernama Made In China. Begitu pun saat aku lihat kompor minyak tanah ibu di dapur juga bernama Made In China. Meskipun aku lihat sendiri pabriknya yang berukuran kecil terletak di samping tempatku mengaji dan diproduksi oleh suami guru ngajiku. Aku sering memperhatikan proses produksi kompor itu selepas pulang ngaji di sore hari. Prosesnya sangat sederhana, dikerjakan dengan tangan tanpa mesin – mesin berat. Aku perhatikan juga orang – orangnya tak ada yang mirip sedikitpun dengan orang China, semuanya mirip orang Jawa. Setahuku dari peta yang dibelikan ayahku untuk pelajaran IPS di sekolah, bahwa Jawa adalah sebuah pulau yang terletak di Negara Indonesia. Tapi kenapa kompor itu bernama Made In China?

Pertanyaanku di atas tadi aku lempar ke si pembuat kompor yang merupakan suami dari guru ngajiku. “gak ada yang mau beli kalau aku kasih nama Made In Indonesia” terjawablah sudah pertanyaanku. 
“Berarti bapak bohong donk, ntar dosa lho?”

“kalo gak gini ya gak ada yang laku komporku cok.”

Orang Indonesia pun tidak mau menamai produknya sendiri yang dibuat di Indonesia dengan Made In Indonesia. Berarti definisiku tentang Made Indonesia di kalimat paling atas sendiri tadi salah? Jawabannya tentu tidak. Merekalah produsen – produsen tadi yang salah. Tapi tidak adil rasanya jika aku menyalahkan mereka. melihat alasannya tadi, harusnya konsumen yang harus disalahkan, kenapa tidak mau membeli produk Made In Indonesia?

Kalau begini jelas aku tidak pernah mengenal apa yang namanya Made In Indonesia. Kalaupun mengenalnya pasti aku beranggapan bahwa produk itu murahan dan mudah rusak.

*****

Beranjaklah aku ke usia yang lebih dewasa, dan memutuskan tidak mengaji lagi karena susah sekali membaca tulisan Arab. Lebih baik aku belajar tentang tulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar dapat membedakan mana yang Made In Indonesia, Made In China ataupun Made In Negara – Negara lain.

Setelah aku analisa dengan menggunakan otakku yang lebih dewasa, akupun beranggapan bahwa citra produk Made Indonesia telah rusak di mata masyarakat. Entah siapa yang merusaknya, yang jelas masyarakat sudah tidak percaya lagi dan beranggapan bahwa produk Made Indonesia adalah barang “sampah”. Mereka lebih percaya dengan produk Made In yang lain asal tidak Made In Indonesia. Ironisnya, anggapan – anggapan semacam ini telah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Budaya bahwa Made In Asing lebih baik dari pada Made In Indonesia. Akibatnya masyarakat berbondong – bondong untuk mengkonsumsi Made In Asing. Ada suatu pola yang mengharuskan mayarakat berkelakuan seperti itu. Pola yang dipelopori oleh public figure dengan cara mengenakan Made In Asing. Dengan disuruh atau tidak disuruh pun masyarakat mengikutinya. Mereka menganggap apa yang dikenakan public figure adalah trend modern yang harus diikuti, jika tidak maka akan terasingkan. Public figure sendiri adalah individu yang dikenal masyarakat luas. Baik selebritis ataupun pejabat, yang penting banyak yang mengenalnya bisa disebut orang itu sebagai public figure.

Pihak pemerintah ataupun kelompok – kelompok masyarakat yang masih peduli dengan perekonomian Indonesia tentu tidak tinggal diam. Seperti slogan “Cintailah Produk Indonesia” dan lain – lain. Banyak sebenarnya manfaat jika Made In Indonesia berkembang dan mampu bersaing dengan Made – made yang lain. Seperti hadirnya produk-produk Indonesia yang memiliki mutu baik serta harga bersaing dan agar masyarakat lebih mencintai produk dalam negeri. Disamping itu untuk lebih memberikan dorongan bagi pengembangan ekonomi kreatif, industri kreatif dan industri kerajinan ataupun handicraft. Dan masih banyak manfaat yang lainnya.

Nah, untuk mengubah kebiasaan masyarakat yang telah menjadi budaya, butuh suatu proses yang panjang. Diperlukanlah proses yang dinamakan discovery (penemuan budaya baru). Dalam hal ini budaya mencintai Made In Indonesia. Dan tokoh yang harus memulai adalah public figure! Jika public figure mengaku masih cinta Indonesia, mereka harus siap menanggalkan semua barang – barang mewah produk asing yang mereka miliki dengan menggantinya dengan Made In Indonesia. Jika tidak, aku tidak yakin masyarakat akan mencintai Made In Indonesia. Logikanya begini, jika tokoh – tokoh panutan mereka saja sudah tidak percaya, apakah mereka (masyarakat) harus percaya dengan Made In Indonesia?

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;