Jumat, 26 Oktober 2012

Aktivis Tidak Selalu Benar Seperti Dewa

Chaos: Demo aktivis mahasiswa di Bundaran Tugu  Kota Malang
Tragedi 98. Waktu itu usiaku masih 8 tahun dan dengan polosnya masih duduk manis di bangku SD. Diriku juga tak lebih baik dari teman-teman sebaya yang hanya mengerti tentang pelajaran di sekolah dan bagaimana cara bermain dengan teman yang baik dan benar. Aku masih belum mengerti waktu itu kenapa harga-harga barang menjadi sangat mahal. 

Aku mempunyai ayah yang rajin menonton acara berita di televisi, sehingga saat di rumah aku juga ikut menonton ketika terjadi bentrokan mahasiswa yang demo dengan aparat, penjarahan toko-toko, pembunuhan, pemerkosaan dan kerusuhan lainnya. Tayangan televisi yang paling aku senangi waktu itu adalah ketika terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan aparat. Pikirku, betapa beraninya mahasiswa yang tanpa bersenjata melawan aparat yang bersenjata lengkap. 

Dari televisi aku dapat melihat beberapa mayat mahasiswa tergelatak di jalan-jalan Jakarta, karena dibunuh aparat kata presenter itu. Dari situ simpatiku mulai tumbuh terhadap mahasiswa yang ikut demo dan berani melawan aparat. Alasannya katanya mereka berjuang demi rakyat kecil dan Negara. Kelak ketika dewasa aku ingin seperti mereka meskipun orangtuaku tak setuju, karena berbahaya dan juga saat itu cita-cita teman-temanku kelak ketika sudah besar ingin menjadi dokter, pilot, perawat, bukan menjadi mahasiswa yang suka demo. Meskipun aku juga masih belum mengerti kenapa mereka demo dan teriak-teriak di jalan, yang aku suka dari mereka karena berani turun ke jalan itu saja! 

Tahun 2008 aku lulus SMA, dengan nilai yang pas-pasan serta tidak mempunyai softskill tak ada pilihan lain bagiku selain melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Swasta ternama di kotaku. Salah satu Jurusan di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik menjadi pilihanku. Terinspirasi dengan tayangan berita yang sering menampilkan mahasiswa yang demo, aku memutuskan untuk menjadi anggota salah satu OMEK (Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus) biar bisa ikut demo-demo. 

Dinamika organisasi kemahasiswaan di OMEK tidak semudah yang aku bayangkan. Sebelum demo atau istilah kerennya di kalangan aktivis aksi turun jalan, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, tidak serta-merta langsung turun jalan ketika ada permasalahan. Ketika pertama kali masuk OMEK kita akan disumpah terlebih dahulu untuk selalu setia kepada organisasi, setelah disumpah maka akan sah menjadi anggota organisasi. Di dalam OMEK kita akan diajari ideologi-ideologi organisasi tersebut, ada yang beridelogi kanan, tengah, kiri. 

Mahasiswa yang aktif di organisasi biasa disebut aktivis mahasiswa. Berdiskusi membahas permasalahan seputar dunia kemahasiswaan, sosial, politik, ekonomi sesuai dengan ideologinya masing-masing. Setelah itu apabila memungkinkan untuk aksi turun jalan maka akan segera dilakukan. Seru? Asyik? Menantang? Ya, untuk mahasiswa baru. Apakah yang akan anda dapatkan setelah menjadi aktivis mahasiswa? Pandai bicara! 

Pandai bicara menjadi salah satu kelebihan aktivis mahasiswa, karena di dalamnya mereka selalu diajari untuk membaca, berdiskusi, menulis. Karena malas menulis maka kelebihan mereka yang paling menonjol adalah pandai bicara! Di kelas mereka merasa paling pintar, bahkan tak jarang membantah dosen karena merasa lebih baik dari dosen yang sudah tua. Bicara dari kanan hingga belok kiri membuat mahasiswa lain mengantuk. Selalu berusaha mengkritisi fenomena yang sedang dihadapinya. Seolah yang lain diluar mereka salah, dan hanya dirinyalah yang merasa paling benar, bahkan terkadang Tuhan tak luput untuk dikritisi. 

Sering kita jumpai aktivis yang seolah menjadi pahlawan. Membela rakyat kecil katanya, menegakkan keadilan katanya, memberantas korupsi katanya, dan sejenis tapi yang lainnya. Seolah aktivis bagai dewa yang selalu benar. 

Demikiankah? 

Apabila demikian kenapa sesama aktivis mahasiswa yang berbeda bendera sering kali saling menjatuhkan? 

Bukankah kalian sama-sama aktivis mahasiswa meskipun berbeda secara ideologi? 

Bukankah visi kalian tidak jauh berbeda yang substansinya sama-sama untuk kebaikan? Kenapa masih ada permainan politik yang saling memangsa diantara kalian? 

Apakah kalian sudah lupa akan jati diri kalian yang seorang mahasisa dan katanya sebagai agen of change seperti yang kalian teriakkan? 

Bukankah tugas kalian sebagai mahasiswa adalah belajar? Belajar bermain politik yang baik dan benar, belajar menjadi pemimpin yang baik dan benar, belajar di kelas biar cepat lulus kuliah dan terjun di masyarakat, belajar cinta damai, dan yang lainnya pokoknya tentang yang baik dan benar. 

Apakah kalian diajari sejarah ketika aktif di OMEK? Jika iya bukankah kalian paham siapa orang-orang yang sering kalian demo yang duduk di kursi empuk di gedung yang megah dengan harta melimpah? Bukankah mereka senior-senior kalian yang dulunnya ketika masih menjadi mahasiswa hobinya juga demo di jalan-jalan seperti kalian? Apakah kalian kelak seperti itu? 

Apabila melihat dinamika aktivis mahasiswa yang dipenuhi dengan kebusukan sangat memungkinkan apabila dijawab iya! Tiada orang kenyang yang idealis, idealisme hanya untuk mereka yang lapar, mereka yang tidak kebagian harta dan tahta. Idealisme hanya untuk aktivis mahasiswa ditingkatan grassroot!

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;