Rabu, 13 Februari 2013

Mana yang Lebih Penting: Perubahan Iklim atau Kebebasan Manusia?

Judul Buku  : Kebebasan dan Politik Perubahan Iklim
Penulis       : Vaclav Klaus
Terbit        : I, Juli 2012
Tebal         : xxiv + 153
Penerbit     : Freedom Institute dan Friedrich Naumann Foundation (FNF) 


Di dalam bukunya ini Klaus menegaskan pandangannya yang diakuinya sendiri sangat “politically incorrect”, terutama di kalangan penganut mazhab lingkungan hidup (political environmentalist) yang sangat skeptis terhadap berbagai upaya planeter penanggulangan berbagai dampak perubahan iklim: terutama seperti yang dikampanyekan oleh Al Gore, Intergovernmental Panel on Climate Change, maupun berbagai skema global di bawah Protokol Kyoto. Menurutnya, berbagai upaya itu telah berkembang menjadi ajang politisasi persoalan lingkungan hidup oleh kaum pengritik ekonomi bebas dan masyarakat terbuka, menjelma menjadi sangat dogmatis (bahkan menyerupai agama), mengalihkan perhatian dan sumber daya yang langka dari berbagai persoalan kemanusiaan lain yang lebih genting untuk ditangani, menciptakan sistem perekonomian yang tidak efisien dan sentralistis, bahkan mengancam kebebasan manusia (hlm xvii).

Seolah mereka “menakut-nakuti” bahwa dampak perubahan iklim terjadi akibat ulah manusia dan ditambah lagi dengan ramalan-ramalan mereka yang menakutkan apabila sepuluh atau dua puluh tahun lagi terjadi kerusakan lingkungan yang parah hingga tidak dapat diperbaiki lagi dan lain-lain, tanpa menghiraukan kenyataan bahwa dalam sejarah planet bumi telah mengalami proses perubahan yang permanen yang disebabkan baik oleh mekanisme alamiah yang kompleks yang berasal dari dalam maupun oleh faktor-faktor luar yang tidak bisa dikontrol, seperti halnya aktivitas matahari yang jelas diluar kekuaasaan manusia. 

Mereka (politisi dan tokoh masyarakat) mempromosikan doktrin pemanasan global dengan dalih “untuk kepentingan orang banyak” dan “menyelamatkan dunia” dan di balik doktrin ini sebenarnya hanya mengancam kebebasan individu, dan lebih parahnya terdapat kepentingan politik dan intervensi ekonomi yang sangat besar dalam bentuk peraturan yang mengekang kebebasan manusia. Klaus menggarisbawahi kembali pertanyaan retorik dari bukunya, “What is Endangered: Climate or Freedom?” 

Terlepas dari sikapnya yang skeptis pada pandangan arus-utama politik perubahan iklim, Klaus menegaskan bahwa orang liberal bukannya tidak peduli pada upaya pemeliharaan kualitas lingkungan hidup atau tidak mau terlibat aktif ikut menjaga mutu lingkungan hidup. Persoalannya dewasa ini adalah ketika upaya-upaya penanggulangan dampak perubahan iklim dipolitisasi sedemikian rupa secara global dan sentralistik melalui sains yang dikemas alarmis (menciptakan ketakutan yang berlebihan) dan memberangus kebebasan ilmiah. Jika diikuti, politik perubahan iklim yang demikian bukannya meningkatkan mutu lingkungan hidup di bumi, tapi justru memberangus kebebasan (free society) yang sudah tercapai umat manusia. 

Apabila sudah begitu apa yang harus dilakukan? Tidak ada yang harus dilakukan selain membiarkan tindakan manusia mengalir dengan sendirinya dan tidak mengekangnya apabila tidak menginginkan semua akan menjadi lebih buruk. Lebih baik membiarkan berjuta-juta manusia yang rasional dan terpelajar berjalan dengan sendirinya tanpa adanya upaya yang disengaja oleh pemilik kepentingan untuk mengatur perkembangan masyarakat. Ditambah lagi para pecinta lingkungan memaksakan pemakaian istilah “lingkungan”, namun tak seorang pun berbicara tentang kebebasan manusia (hlm 89). Dalam buku ini Klaus menekankan bahwa “lingkungan untuk kehidupan” dan lingkungan terbaik untuk manusia adalah lingkungan yang bebas (hlm 91). 

Buku ini mengajak pembaca untuk lebih kritis terhadap isu-isu lingkungan, khususnya isu dampak perubahan iklim yang dilemparkan oleh aktivis lingkungan atau para politisi, karena dibalik isu tersebut ada beberapa kepentingan yang diselipkan dan cenderung mengekang kebebasan manusia. Mampu memberikan pandangan yang berbeda ditengah perdebatan banyak ilmuwan terkait dengan isu lingkungan dampak perubahan iklim. Namun, buku ini dapat mendorong pembaca bersikap skeptis terhadap dampak perubahan iklim apabila salah mempersepsikan.

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;