Senin, 22 September 2014

Nobitaaaaaa

Apa jadinya Nobita ya jika tanpa Doraemon? Pasti dia udah bunuh diri karena depresi akibat sering di bully Suneo dan Gian. Ditambah lagi, ia sering dicuekin sama Suzuka. Di film kartun Jepang yang aku sukai semasa kecil itu, Doraemon menjadi malaikat penyelamat bagi Nobita, si bocah cengeng yang tak bisa apa-apa. 


Emang nasibnya Nobita aja yang baik bisa ketemu Doraemon. Si robot kucing yang punya kantong ajaib. Dari kantongnya itulah, Doraemon bisa keluarkan benda ajaib apa saja yang bisa bantu Nobita dari ketertindasan. Setelah habis dibully Gian dan Suneo ketika bermain di lapangan atau di sekolah, Nobita biasanya pulang ke rumah sambil menangis dan merengek-rengek ke Doraemon. Ia memohon kepada robot kucing yang setia menemaninya itu untuk mengeluarkan sesuatu dari kantong ajaibnya.

Dengan berat hati, biasanya Doraemon mengeluarkan alat-alat ajaibnya untuk membantu sahabatnya itu. Banyak macamnya, bergantung keluhan apa yang dialami Nobita. Aku sampai lupa nama alat-alatnya. Namanya unik-unik. Hanya tiga alat yang aku ingat sampai sekarang. Pintu ke mana saja, mesin waktu dan baling-baling bambu. Tidak jarang pula Nobita meminta alat-alat ajaib Doraemon ketika ingin berbuat usil. Entah untuk mengusili Suzuka atau balas dendam ke Gian dan Suneo.

Ah, simpelnya hidup Nobita. Ada masalah, datengi Doraemon sambil menangis, selesai deh masalahnya. Ia pun kembali bisa tertawa bahagia. Namanya juga film kartun. Biar anak-anak yang menontonnya bisa senang.

Kalau di kehidupan nyata, mana ada yang nasibnya seperti Nobita. Mungkin anak-anak orang kaya kali ya, yang bisa dapat apa yang diinginkannya. Ah, tapi itu beda kasus. Waktu kecil ak suka terhibur aja nonton film Doraemon. 

Lama tidak nonton, ketika sudah besar begini, aku jadi ingat film itu lagi. Ketika dihadapkan pada situasi horor karena tuntutan kedewasaan. Ketika takut melangkah ke depan untuk menghadapinya. Si pengecut ini ingin berlari ke belakang sejauh-jauhnya.

Ketika itulah, aku ingat sama satu alat milik Doraemon. Mesin waktu. Ketika masuk ke sebuah laci meja belajar Nobita, kita akan diajak kembali ke masa lalu.

Andai Doraemon ada di sisiku sekarang, aku ingin menggunakan mesin waktunya. Pergi kembali ke masa kecilku. Main kelereng, main layang-layang, main engkleng. Nonton tipi bareng teman-teman tetangga. Waktu itu kita suka nonton Satria Baja Hitam, Power Rangers, Wiro Sableng atau apalah namanya. Main bola juga. Main mobil-mobilan di atas pasir selepas mengaji di sore hari, atau mandi di sungai. Dan lain-lain. 

Masa kecil itu tanpa beban. Yang ada dipikira hanyalah bermain bersama teman-teman, saat ini, nanti dan esok hari. Bermain ketika jam istirahat sekolah dan bercanda ketika pelajaran di sekolah. Tanpa harus memikirkan apa yang dipikirkan orang dewasa. Ya jelaslah, namanya juga anak kecil.

Aku juga ingin memperbaiki masa lauku. Andai bisa kembali ke masa lalu. Andai diberikan kesempatan sekali lagi. Aku aja, orang lain gak usah. Nanti sama lagi. 

Tapi kan waktu selalu berjalan maju. Tidak ada namanya berhenti sejenak. Apalagi berjalan mundur. Kalau toh hari ini dan esok merasa sangat berat. Dan masa lalu yang kurang memuaskan, syukuri saja. Kalau di depan ada situasi yang sangat horor, mau tidak mau memang harus dihadapi. Sembari berharap, masih tersisa cukup usia untuk menikmati masa depan yang memuaskan.

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;