Senin, 01 Desember 2014

Makan Sekali Sehari untuk Berhemat

SINGARAJA - Ketut Sadiada (40) berjalan terpincang di rumahnya Banjar Kajekauh, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng, Minggu (24/11/2014). Sudah sejak 15 tahun kaki dan tangan kanannya tidak dapat berfungsi normal. Tepatnya setelah mengalami kecelakaan ketika mengendarai sepeda motor saat masih bekerja sebagai satpam di Denpasar.


Belum cukup sampai di situ saja. Setahun kemudian ayahnya, Nyoman Wagia (70) mengalami kebutaan di kedua matanya setelah karena sakit Glukoma yang dideritanya tak kunjung sembuh. Ia tidak bisa bertani lagi dan harus dibantu sebuah tongkat untuk membimbing langkahnya saat berjalan.

Saat ini, Sadiada mengaku tidak bisa menjalankan aktivitas apapun karena keterbatasan fisiknya. Begitu pula dengan ayahnya. Sedangkan, untuk memasak keperluan makan sehari-hari dikerjakan ibunya, Ketut Punagi (67). Kondisinya yang telah renta juga sering membuatnya sakit-sakitan. Terlebih ketika memasuki musim dingin seringkali sakit asmanya kambuh.

Ketut Sadiada (kiri) bersama ibu dan ayahnya di rumahnya di Banjar Dinas Kajekauh, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Minggu (24/11/2014).


Sementara keempat saudaranya telah berkeluarga dan tinggal di perantauan. Menurutnya, hanya seorang adiknya saja yang sesekali mengirimi uang untuk makan. Mengingat, mereka juga telah berkeluarga dan memiliki tanggungan ekonomi masing-masing.

Sadiada menuturkan, sejak pertama kali lumpuh sampai saat ini belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Upayanya untuk mengurus data penduduk dari tingkat desa sampai Dinas Sosial Kabupaten Buleleng supaya mendapatkan bantuan sia-sia.

"Saya beberapa kali datang ke kantor desa untuk menanyakan, tapi jawabannya katanya data orang miskin atau orang cacat sudah dari pemerintah pusat, desa hanya menjalankan saja. Empat hari lalu saya ke Dinsos di Singaraja saya belain jual kelapa kering untuk ongkos transport sampai habis Rp 50 ribu, tapi kata petugasnya keluarga saya masih masuk daftat tunggu," tutur Sadiada.

Menurutnya, untuk biaya hidup sehari-hari keluarganya hanya mengandalkan hasil kebun kelapa yang tidak seberapa. Bahkan, ia mengaku dalam sehari hanya makan satu kali untuk berhemat.

"Saya merasa tidak adil saja perlakuan pemerintah. Saya lihat orang di desa saya punya usaha punya mobil pikap, ada yang punya sepeda motor tapi bisa dapat KPS dan kemarin dapat bantuan Rp 400 ribu. Sedangkan saya dari awal tidak pernah dapat apa-apa," keluhnya.

Ia berharap, dapat bantuan rehabilitasi dari Kementerian Sosial (Kemensos). Supaya ia dapat memiliki skill sehingga dapat memulai hidup baru yang lebih menyenankan.

"Saya lihat di media program rehabilitasi untuk orang cacat dari Kemensos bagus sekali. Tapi pelaksanaannya di Buleleng ini kok tidak kelihatan. Saya sudah sangat merasa bosan hidup belasan tahun seperti ini tidak bisa apa-apa. Setiap hari saya hanya bisa tidur karena tidak ada aktivitas yang dapat saya kerjakan," tandasnya. (gas)

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;