Sabtu, 24 Desember 2011

Ingin Jadi Guru

Setelah melewati Ujian Nasional, Fawas berbekal nilai rata – rata yang sangat baik yakni 9, berencana ingin melanjutkan studi di Perguruan Tinggi. Termotivasi dengan kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai guru, ia memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dan ia pun diterima di salah satu PTN ternama di kotanya.
Dari sejak kecil ia sudah terbiasa hidup di lingkungan pendidikan. Kedua orang tuanya guru, kakeknya pensiunan kepala sekolah, dua tante adik dari ibunya juga berprofesi sebagai guru. Ia mengenal betul pentingnya pendidikan dan mulianya seorang guru. Betapapun guru yang dulu dianggap profesi rendahan karena gajinya yang kecil sehingga tak ada yang berminat, kecuali jika kepepet karena tak ada pilihan pekerjaan lagi. Tapi dalam ketulusannya membagi ilmu mereka mampu mendidik anak-anak manusia yang awalnya tidak bisa apa-apa menjadi bisa. Setidaknya bisa baca tulislah!
Ia teringat nasehat kekeknya sewaktu masih SD ia pernah nglamak kepada gurunya dengan menyebut guru itu  babi karena mukanya mirip babi, padahal nama sebenarnya Pak Boby. Akibatnya ia dijewer hingga telinganya berdarah
“Guru itu digugu lan ditiru. seseorang yang dihormati karena ilmunya, perbuatannya dipuji, diperhatikan, dijadikan teladan dan dijadikan panutan. Mereka itu gajinya sedikit, mana ada guru yang punya mobil kinyis – kinyis, rumah gede? Paling – paling kalo mereka kaya bukan karena dia jadi guru, tapi karena dapat warisan dari keluarganya. Makanya kamu jangan nakal-nakal sama gurumu”
“tapi kenapa Pak Boby menjewer telingaku sampai sakit Kek? Kan katanya guru itu orangnya baik-baik.”
“karena beliau sayang sama Fawas. Kalau digituin kan kamu jadi kapok, ngerti kalau kamu salah. Coba kalau dibiarin? Pasti kamu gak ngerti kalau kamu salah, dan pasti kamu ulangi lagi ke orang-orang lain. Itulah tujuannya guru, biar kamu tahu mana yang benar dan salah”
“apa harus dengan cara di jewer Kek?”
“ya gak lah sebenarnya. Itu karena Pak Boby aja yang lebay.
Guru itu ada yang baik ada yang jahat juga. Jadi kamu contoh gurumu yang baik-baik saja”
“terus kalo Pak Boby itu baik apa jahat Kek?”
“jahat. Karena udah jewer cucu kakek yang ganteng.
Besok saya tak kesekolahmu biar tak jewer juga Pak Boby” sambil tersenyum dan memeluk hangat cucunya yang paling ganteng.
*****
Sekarang tampaknya pemerintah mulai kasihan dengan guru. Gajinya sedikit dinaikkan. Bukan lagi profesi murahan. Tapi sudah menjadi profesi yang paling banyak diburu. Di beberapa PT Fakultas IKIP paling banyak mahasiswanya, kelas – kelas full semua. Termasuk Fawas di dalamnya yang mengisi salah satu bangku kuliah.
Di siang yang terik selesai kuliah. Ia memutuskan ngopi di warung kecil depan kampus bersama Jinjing teman sekelasnya yang sudah akrab sejak mereka ospek. Ngobrol-ngobrol santai sambil minum kopi dan menghisap rokok, melepas penat sejenak.
“ kenapa kamu ngambil kuliah di FKIP njing?” bertanya Fawas sambil menghisap rokok kreteknya.
“pengen aja njing jadi guru. Gajinya lumayan sekarang, gak kayak dulu. Kalau kamu sendiri Was?”
 “ya sama Njing pengen jadi guru juga. kata orang sich guru itu baik. Setidaknya aku bisa menjadi orang baik-baik dan menjaga diriku dari perbuatan tidak baik. Karena guru itu digugu lan ditiru. Tak hanya soal gaji berapa.”
“tak yakin aku kalau kamu bisa jadi orang baik. Jaman sekarang orang baik itu orang yang jahat dan orang jahat itu orang yang baik.”
“sok bijak kamu njing. makanya aku ingin jadi guru biar bisa jadi orang baik dan mendidik anak manusia menjadi orang baik”
“terus bagaimana caranya kamu bisa jadi guru?”
“Ya ikut tes CPNS lah. Insyaallah aku bisa lolos meskipun bersaing dengan ribuan manusia. Asal belajar dengan sungguh-sungguh saja.”
“udah siap duit belum orang tuamu buat bantu kamu jadi guru?”
“hahaha. Kalau daftar tes CPNS paling butuh duit berapa Njing untuk biaya administrasinya. Gak usah terlalu dipikirin.” Tertawa Fawas tak habis pikir ternyata Jinjing lucu juga.
 “Berlagak bodoh kamu. Sekarang kalau kamu ingin jadi guru gak cukup modal pintar. Kamu juga perlu siap duit puluhan juta biar kamu gak sakit hati karena gak lolos tes CPNS. Sekarang yang bermain di Negara ini mafia semua Was. Kita hanya rakyat kecil yang bisanya pasrah menerima nasib.
Terheran Fawas tak percaya mendengar komentar Jinjing. Karena setahunya kalau ingin ikut tes CPNS tak sebejat itu.
“omong kosong kamu Njing. Sekarang buat apa Negara capek – capek menyelenggarakan tes CPNS tiap tahun kalau ternyata bisa dipesan?”
“tak tahulah aku. Orang tuaku di kampung juga sudah siap-siap jual sawah warisan kalau aku sudah lulus kuliah kelak buat bayar itu.”
“terus yang gak punya cukup duit gimana?”
“ya gak lolos. Negara ini Negara mafia Was. Makanya kamu jadi mafia aja daripada jadi guru. Biar bisa ngatur semuanya.”
“berarti orang bodoh dan jahat pun kalau punya cukup duit bisa jadi guru juga Njing?”
“tak tahu lah.” Jawab Jinjing enteng sambil mengangkat bahunya.
“ah. Tetap tak percaya omonganmu aku Njing sebelum aku tahu sendiri. Yang penting aku sekarang belajar sungguh-sungguh biar benar-benar layak jadi guru kelak.”
*****
Liburan kuliah semester ganjil Fawas pulang ke kampung halamannya. Bertemu ibunya yang sedang menjemur pakaian di halaman rumahnya. Dicium tangan ibunya karena ia anak baik-baik. Bangga ibunya mempunyai anak baik seperti Fawas ini.
“Kapan kamu lulus kuliah nak?” Tanya ibunya sambil tersenyum melihat anaknya yang tambah ganteng
“ya masih lama lah bu, kan Fawas baru semester dua.”
“Jadi kamu ingin jadi guru?”
“ya jadilah. Fawas ingin jadi guru yang baik. Kenapa emang bu?”
“gak apa-apa. Ini ibu juga sudah menabung, ibu sisihkan sebagian gaji bulanan ibu untuk biaya kau jadi guru. Semoga waktu kamu lulus kuliah, uang ibu sudah cukup.”
“biaya apalagi bu?” pura-pura ia tidak tahu, padahal ia sudah dengar dari Jnjing.
“biaya kamu biar bisa jadi guru PNS. Butuh puluhan juta lho. Kebetulan Pak Amir kenalan ibu yang punya posisi penting di pemda siap bantu. Yang penting kamu kuliah aja yang rajin biar cepat bisa lulus.”
Terhenyak Fawas dengar pernyataan ibunya. Ternyata jika ingin jadi guru yang mulia itu harus punya banyak uang. Tak cukup modal otak cerdas saja.

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;