Minggu, 22 Januari 2012

Presiden

Suasana di kelas 2E SMP Negeri Lawak sedang gaduh ketika si guru agala itu bertanya kepadaku

“Apa cita – citamu kelak Gas ketika sudah gede?” Sambil berjalan dari arah depan kelas ke arahku yang duduk di bangku pojok belakang, ketika melihatku tidak serius memperhatikan pelajarannya.

“Ingin jadi presiden pak.” Jawabku dengan lugas.

“Anak – anak, pantas tidak orang seperti Lugas ini kelak menjadi Presiden?” Sambil tertawa terkekeh beliau bertanya kepada seluruh penghuni kelas dan secara tidak langsung bertanya pula ke diriku.

Seluruh penghuni kelas itu hanya bisa menjawab dengan tawa karena sebelumnya si gurunya memancingnya dengan tertawa lebih dulu. Seperti kalau kita menonton acara komedi di televisi, pasti setelah si pelawak melucu disambut suara koor tawa, terlihat seperti suara penonton yang benar – benar tertawa, padahal suara itu hanya untuk memancing penonton agar tertawa.

Coba seandainya guru itu menanggapi jawabanku tadi dengan serius dan diselingi kalimat – kalimat motivasi agar siswanya tidak takut menggapai cita – citanya yang terlampaui tinggi, pasti si guru itu akan terlihat bijak di mata siswanya. Menjadi guru sungguhan tanpa harus seperti guru. Guru yang tidak harus membunuh cita – cita siswanya. Tak ada yang lebih kejam selain dari upaya membunuh cita – cita anak bangsa.

Jika sejak awal tunas – tunas yang baru tumbuh sudah dibabat, alangkah ngerinya hidup ini. Harapan telah mati tapi nyawa tetap hidup. Tak ada harapan lain yang tumbuh setelah aku mendengar kalimat – kalimat yang terlontar dari guru agama itu. Juga setelah aku pikir – pikir apa ada yang salah dengan cita – citaku yang ingin jadi presiden? Salahnya mungkin karena cita – citaku itu terlalu tinggi. Salahnya lagi orang slengekan sepertiku tak boleh menjadi presiden. Memimpin Negara harus dengan serius, karena Negara ini Negara sunggguhan, bukan Negara lawak!

Negara besar yang terdiri dari berpuluh – puluh pulau, beratus – ratus juta penduduk, beraneka ragam SARA, SDA yang melimpah. Sungguh harus benar – benar harus serius untuk memimpinnya. Lebih sulit memang memimpin negara yang bernama Indonesia ini daripada Negara adidaya semacam USA. Presiden USA lebih ringan pekerjaanya karena sebelumnya Negara itu sudah maju sejak jauh – jauh hari, dan ia tinggal meneruskan saja. Bandingkan dengan presiden Indonesia, pasti sangat galau! Terlalu kompleks permasalahan negeri ini dan tak kunjung dapat diselesaikan. Silakan menonton acara berita di televisi atau membaca Koran jika ingin mengetahui permasalahannya. Karena jika anda tanyakan kepada tetangga sebelah rumah yang baru pulang dari Hongkong kemarin sore setelah menjadi TKI, tentu ia tidak mengetahuinya. Karena yang ia pikirkan hanyalah mencari duit untuk hidup.

Lihatlah presiden kita sekarang, hanya menjadi cemoohan masyarakatnya karena tak becus mengelola Negara ini. Terlihat seperti Tessy yang selalu menjadi gojlokan teman – temannya ketika melawak bersama grup Srimulat. Nasibnya juga sama dengan presiden – presiden sebelumnya, sama – sama gagal memimpin negeri ini. Padahal enam presiden yang sudah ataupun sekarang yang masih menjabat telah memimpin negeri ini dengan bersungguh – sungguh. Paling – paling nakalnya mereka nakal – nakal yang wajar seperti kenakalan remaja yang banyak ditemukan karena akibat dari pergaulan bebas ataupun salah pergaulan. Apa yang salah dari sosok mereka sehingga dianggap gagal? Paling – paling jawaban kalian tidak jauh dari gagalnya mereka menyelesaikan permasalahan yang tersisa. Seolah – olah dari beratus – ratus juta penduduk negeri ini tidak ada yang layak memimpin negeri ini.

Kenapa tidak ada satupun dari beratus – ratus juta WNI yang layak menjadi presiden? Karena seperti yang telah aku jelaskan di atas, orang – orang yang bukan siapa – siapa seperti aku ini telah di bunuh harapannya untuk menjadi presiden sejak usia dini. Akibatnya orang yang berhak menjadi presiden ya orang – orang itu saja. Padahal syarat menjadi presiden adalah WNI, aku pun sejak dari lahir sudah berstatus WNI.

Maka dari itu, aku sampai sekarang masih tetap ingin menjadi presiden. Tak peduli kicauan orang – orang yang pesimis. Memimpin Negara dengan tidak serius yang penting dapat membawa ke arah yang lebih baik, daripada memimpin dengan serius tapi toh hasilnya tetap dianggap gagal. Dan memang setelah saya analisa, masyarakat Indonesia dewasa ini sangat butuh hiburan agar tidak stress menghadapi persoalan hidup, butuh hal – hal yang bersifat tidak serius dalam hal ini guyonan. Karena sejauh mata memandang, presiden yang telah bekerja dengan serius dianggap tidak serius oleh masyarakat. Malah terlihat seperti pelawak yang memainkan banyolannya di atas panggung sandiwara. Membuat masyarakat tertawa, tapi bukan tertawa karena terhibur, tertawa karena gila!

1 komentar:

Cheng Prudjung mengatakan...

haahahahahahaha .....

#Jjjooooossssssssssssss !!!!

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;