Senin, 26 September 2016

No Money, Bubuk..

Siang di seberang Terminal Sangket sekelompok orang bercengkerama di dalam sebuah warung dagang laklak. Warung berdinding triplek, berjendela anyaman kawat dan beratap seng itu setidaknya mampu melindungi mereka dari sengatan terik matahari.
Sembari menikmati jajan laklak dan kopi hitam pahit, mereka beristirahat sejenak dari aktivitas di terminal yang sering dikatakan hidup segan mati tak mau.

Terminal itu seperti terminal lain di Bali tampak sepi. Hanya sedikit kendaraan umum yang beroperasi di dalamnya. Tapi di sisi lain juga terminal masih dibutuhkan beberapa masyarakat yang akan pergi dari Singaraja ke Denpasar maupun sebaliknya.

Siang itu mereka tampak asyik membahas politik. Ya, akhir-akhir ini memang sedang ramai-ramainya Pilkada Buleleng. Kebetulan sampai sekarang terlihat ada dua pasangan Cabup dan Cawabup yang akan bertarung.

Mereka dengan asyik dan santainya saling bercerita pengalaman Pilkada-pilkada lampau yang telah terlewati.

Ketika itu tim sukses pasangan calon sudah pasti akan mencari sekelompok masyarakat seperti mereka yang sering beraktivitas di terminal.

Tentu saja tim sukses itu mencari karena ada maunya. Apa maunya? Ya jelas meminta mereka untuk mendukung pasangan calonnya. Biasanya disertai dengan beberapa tawaran. Seringkali tawaran berupa uang, dan itu sudah ada ketentuannya.

Saat-saat seperti inilah masyarakat kecil seperti mereka berubah 180 derajat posisinya. Mereka yang menjadi raja dan penggede-penggede yang jadi Cabup mendadak butuh mereka. Lewat tim sukses seolah-olah sangat membutuhkan bantuan masyarakat miskin agar memilihnya untuk mendapat jalan menjadi penguasa.

Kesempatan seperti inilah yang dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat seperti mereka. Kesempatan untuk mendapatkan uang. Ya, uang yang setidaknya meringankan mereka agar untuk sementara waktu tidak perlu kerja keras dulu.

Mereka dengan tegas mengatakan akan siap mendukung siapapun pasangan calon yang memberikan uang kepada mereka. Kalau tidak, ya tidak akan memilih.

"Saya mendukung uang. No money, bubuk. (Tidak ada uang, tidur)," tegas seorang di antaranya.

Pada saat menjelang hari pencoblosan, semakin banyak tim sukses berbeda yang datang ke mereka. Tawaran berupa uang akan semakin deras. Mereka berprinsip kalau ada uang pergi ke TPS untuk mencoblos siapapun yang memberinya uang. Kalau tidak ya tidur saja di rumah.

"Ngapain nyoblos kalau gak ada uangnya. Dia (Cabup) yang senang, jadi bupati tambah faedah (banyak rejeki). Lha saya tetap begini saja nasibnya,"

Lalu kalau ada empat Cabup, keempatnya memberikan yang semua kepada mereka. Apa yang akan mereka lakukan?

"Saya terima semua. Ada orang kasih pasting mintanya dicoblos, saya bilang siap. Ada empat kasih ya empat saya coblos semua di surat suara. Saya gak ada beban kalau selesainya ditanya sudah coblos belum. Saya jawab sudah dicoblos,"

"Kalau empat kasih lalu yang saya coblos cuma satu, saya salah. Saya dosa. Uang yang saya terima haram. Saya gak mau makan uang haram,"

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;