Jumat, 27 Januari 2017

Kisah Hok Liang Pembuat Kue Keranjang

Hoak Liang mengukus kue keranjang di dalam dandang besar di dapur rumahnya
Jalan Pulau Sumba Gang II Nomor 11, Kelurahan Kampung Baru, Singaraja,
Buleleng, Kamis (26/1).
Hok Liang (60) bersama anak lelakinya, Nyoman Sukiada (23) mengukus kue keranjang di dalam dandang besar di dapur rumahnya Jalan Pulau Sumba Gang II Nomor 11, Kelurahan Kampung Baru, Singaraja, Buleleng, Kamis (26/1). Dua hari menjelang Tahun Baru Imlek 2568 Kongzili Sabtu (28/1) pesanan kue keranjang masih saja berdatangan.

Pria paruh baya ini merupakan generasi ketiga keluarganya yang masih tetap membuat kue yang biasa dijadikan sesajen saat persembahyangan Imlek ini. Di lingkungannya, keluarganya juga dikenal sebagai pembuat kue keranjang tertua karena sudah turun temurun. Bagi dia membuat kue keranjang tidak semata untuk meraup keuntungan, tetapi juga melestarikan tradisi keluarganya yang tidak boleh terputus.



“Saya sudah generasi ketiga ini keluarga saya mulai buat kue keranjang sejak kakek lalu bapak saya. Saya masih bertahan membuatnya karena adat istiadat yang gak boleh ditinggalkan. Anak saya yang laki ini sudah mulai bisa buatnya, nanti kalau saya sudah gak mampu, dia yang akan meneruskan,” ujarnya.

Keluarganya dikenal luas sebagai pembuat kue keranjang, pesanan tidak saja datang dari Buleleng tetapi juga dari daerah lain di Bali, luar Bali bahkan luar negeri. Saat ada pesanan dari daerah lain di Bali, ia yang mengantarkannya sendiri mengendarai mobil.

“Pesanan dari Surabaya juga ada, saya yang memaketkan sendiri dikirim kesana, dari Amerika juga ada pesan 20 kilogram, ada orang pesan suruh bosnya yang di Amerika kirim kesana. Orang kenal kue keranjang saya dari mulut ke mulut karena mungkin sudah lama juga turun temurun kami membuatnya,” tuturnya.

Hok Liang biasa berdua saja membuat kue ini dengan anaknya. Mereka membuatnya setahun sekali dan mulai menerima pesanan kue keranjang dua pekan menjelang Imlek. Untuk tahun ini sedikitnya sudah lebih dari 100 kilogram kue keranjang yang dibuatnya. Meningkat dari tahun lalu yang pesanannya hanya sekitar 75 kilogram saja.

Dalam sehari keluarga Liang rata-rata bisa membuat sampai 20 kilogram. Setiap kilogram kue dijualnya Rp 50 ribu. Bagi dia membuat kue keranjang bukanlah pekerjaan mudah dan membutuhkan proses yang lama. Pertama mereka harus membuat keranjangnya dari daun pisang sebagai wadahnya. Bahan tepung ketan dan gula yang sudah menjadi adonan lalu dimasukkan ke dalam keranjangnya. Adonan lalu dikukus di dalam dandang yang dipanaskan menggunakan api tungku selama lebih dari 18 jam.

“Butuh waktu seharian untuk membuat kue ini, prosesnya lama, tapi kue ini juga bertahan lama, meskipun saya tidak pernah pakai pengawet, kue keranjang buatan saya ini mampu bertahan sampai setahun,” pungkasnya. (gas)

0 komentar:

Posting Komentar

lugaswicaksono.blogspot.com
 
;